Tuesday, July 31, 2012

Ceritanya mau ngejelasin...

Cerita "The School Chronicles" itu proyek iseng dari gue dan temen-temen kerja gue. Bagus kan iseng-isengnya nulis cerita daripada iseng-iseng ngemut jempol kaki tetangga...

Kita semua tuh terisnpirasi dari sebuah novel dan sebuah film, settingnya di 1 tempat tapi banyak orang yang terlibat dan menurut beberapa sudut pandang.

Jadi cerita "Somebody that I used to Know" itu yang pertama dari sekian. Mudah-mudahan, ntar ada penerbit yang tertarik mempublikasikan buku kita-kita trus gue jadi rajin mejeng di tipi deh...

The School Chronicles - Part 1

Somebody that I Used to Know

Deandra Wibisono...

Dulu, senyum gadis pemilik nama itu membuatku ikut ceria. Dulu, prestasi-prestasinya membuatku bangga. Dulu, kebaikan hatinya membuat dirinya bersinar terang di antara teman-temannya. Dulu, aku dan dia memiliki hubungan guru dan murid yang paling akrab yang pernah ada. Tapi itu DULU...!

Sekarang, gadis yang sama membuatku menangis tersedu-sedu di bahu teman kerjaku. Sekarang, dia mempermalukanku di depan teman-teman sekelasnya. Sekarang, dia dengan sukses membuatku meracau. Sekarang, aku menyesal pernah peduli dengannya.
***

Pagi ini, Dea, begitu nama panggilan gadis itu, tertidur lagi di kelasku. Rambutnya yang lurus dan panjang hampir menutupi meja dimana dia merebahkan kepalanya. Seharusnya, aku tidak bisa menoleransi kelakuannya karena sudah terlampau sering. Tapi karena statusnya sebagai 'murid kesayanganku', aku memutuskan untuk bicara baik-baik dengannya.

"Dea..." bisikku, "Kenapa kamu tidur di kelas?"

"Bukan urusanmu, Ms. Viola."

Sontak jawaban Dea, yang disampaikan dengan volume tinggi, mengagetkanku. Dia tidak pernah bicara seperti itu padaku.

"Dea, bicara yang sopan. Saya ini guru kamu. Show some respect!"

"Halah...dasar guru gila hormat! Baru ngajar Bahasa Inggris aja sudah sombong! Lagian guru kepo macam lo itu pantasnya ngajar di SMP negeri Inpres yang di pelosok-pelosok."

"DEA, KAMU TARIK KATA-KATAMU DAN MINTA MAAF ATAU..."

"ATAU APA? LO MAU APA?! Lo jangan macam-macam deh! Besok, kalau gue sudah beli sekolah ini, gue pastikan lo tidak terdaftar sebagai guru. Gue ini anak orang kaya. Gue bisa beli apapun yang gue mau, termasuk lo."


Then, it happened! Tanganku sudah terangkat, sudah siap untuk menampar pipinya yang putih. Dia pun terdiam.

"Sekarang kamu keluar dari kelas ini sebelum saya tampar mulut kamu!" kataku dengan suara tercekat, menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. Aku bahkan sudah tidak sanggup melihat mata coklatnya.
***

"Aku ga mengerti, Mr. Edmund. Who was that evil girl in my class?" kicauku pada teman kerjaku.

"Hey...don't say that, Vi!"

"But, it's true. She talked and acted like an evil. Itu bukan dia. Aku tahu, itu bukan Dea murid kita. Dia tidak pernah bicara dan berlaku seperti itu sebelumnya."

"Tapi akhir-akhir ini, dia memang berubah. Dia lebih sering murung dan menyendiri di balkon. Nanti aku akan bicara dengan Mr. Zain. Dia kan guru BP, lulusan psikologi. Dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Udah, jangan nangis lagi.  Kayak bocah aja."

Aku menyesap teh manis buatan Mr. Edmund yang ia seduh ketika aku menangis seperti anak kecil kehilangan mainan. 

"Semoga Mr. Zain cepat-cepat bicara dengan Dea ya."

Entah setan apa yang memasuki Dea tadi dan entah setan mana yang merasukiku sehingga aku mau menampar dia. Tapi kata-kata dan perlakuannya membuatku sakit hati. Rasanya lebih sakit daripada dikhianati kekasih. Ada sedikit penyesalan karena aku pernah membangga-banggakan dia. Semuanya sia-sia setelah kejadian tadi pagi.

Sayup-sayup terdengar lagu dari radio sekolah, Somebody that I Used to Know dari Gotye. Aku tersenyum kecut mendengar liriknya,

I guess that I don't need that though

Now you're just somebody that I used to know...